Pengantar Jenazah Sholah Athiyah |
Alkisah dari
sebuah kampung kecil bernama Tafahna Al Asyrof, Distrik Mit Ghamr, Provinsi Daqahliah
Mesir, ada 9 orang sarjana miskin lulusan fakultas pertanian. Lalu mereka pun
sepakat membuat sebuah peternakan unggas, sembari mencari mitra yang ke-10.
Namun mereka
terbentur modal, maka dengan sekuat tenaga mereka kumpulkan dengan menjual tanah,
perhiasan istri hingga dengan meminjam. Meskipun tidak banyak terkumpul, namun
mencukupi untuk memulai usaha dalam bidang peternakan unggas.
Pertanyaan
yang tersisa, siapa mitra yang ke-10?
Ir.Sholah,
satu dari mereka pun berkata, aku sudah menemukan mitra yang ke-10 kita.
Siapa?, tanya teman-temannya. Allah…jawabnya. Allah akan menjadi MITRA kita
yang ke-10. Allah akan mendapat 10% dari keuntungan, dengan perjanjian Allah
akan memberikan PERLINDUNGAN dan PEMELIHARAAN, serta KEAMANAN dari wabah dan
penyakit pada unggas-unggas kita.
Akhirnya,
merekapun bersepakat. Kontrak kerjasama ditulis secara rinci dan dicatatkan ke notaris, lengkap dengan peran MITRA ke-10 tersebut.
Tak
disangka, setelah satu musim bisnis mereka langsung meroket, jauh dari yang
mereka bayangkan sebelumnya. Lalu merekapun bersepakat untuk menambah jatah MITRA
ke-10 menjadi 20% dimusim ke-II. Dan begitu seterusnya setiap musim hingga
jatah MITRA ke-10 mencapai 50%.
Lalu bagaimana
keuntungan MITRA ke-10 dialokasikan?
Dimulai
dengan membangun Sekolah Dasar Islam Putra, lalu lanjut Putri. Kemudian Sekolah
Menengah Putra lalu Putri. Tambah lagi Madrasah Aliyah Putra lalu Putri. Tapi
karena keuntungan terus membanjir, akhirnya dibentuklah Baitul Maal. Dan
Merekapun mengajukan ke Pemerintah untuk membangun Universitas di kampung
tersebut. Awalnya ditolak! Dengan alas an tiadanya akses bagi para Mahasiswa.
Tak berapa
lama, merekapun mengajukan pembengunan universitas kembali, yang lengkap dengan
stasiun kereta beserta jalurnya menuju universitas di kampung itu dengan biaya
mandiri.
Akhirnya
permintaan ini disetujui!. Dan pertama dalam sejarah Mesir, berdirilah sebuah
Universitas di perkampungan kecil. Semakin berkembang, dibangun pula fakultas
ke-2, ke-3, ke-4 hingga asrama putri dengan kapasitas 600 kamar. Lalu asrama
putra dengan kapasitas 1000 kamar. Tiket kereta api pun di GRATIS kan untuk
memudahkan transportasi menuju kampung tersebut.
Kampung Tafahna Al Asyrof kini |
Tak cukup
hanya itu, dibangun Baitul Maal berikutnya, hingga hilang kemiskinan di daerah
tersebut. Dan program ini diduplikasi ke kampung-kampung lainnya. Hingga bisa
dikatakan tak ada kampung yang disinggahi Ir.Sholah kecuali akan dibangun
Baitul Maal untuk warga.
Bantuan pun
diberikan untuk fakir miskin dan para janda. Pemuda pengangguran pun dilatih
mengelola perkebunan sayur hingga mandiri, bahkan sampai bisa mengekspor ke
negara tetangga.
Pada saat
panen raya, seluruh penduduk kampung dikirimi paket sayur. Di hari pertama
setiap bulan Ramadhan diadakan buka puasa bersama seluruh penduduk kampung,
mereka memasak dan hadir dilapangan yang dipenuhi beraneka ragam makanan yang lezat. Disiapkan
juga perabotan untuk gadis-gadis yatim yang ingin menikah. Dan ini semua merupakan
sedikit dari banyaknya kebaikan yang dilakukan oleh Ir. Sholah.
Hingga pada akhirnya,
disepakatilah keuntungan perusahaan 100% untuk MITRA ke-10, semua untuk ALLAH!! Ir.
Sholah yang pada awalnya adalah salah satu mitra usaha, berubah menjadi
Karyawan ALLAH. Dia hanya menerima gaji, namun dia memberikan Tuhannya syarat,
agar membuatnya hanya butuh kepada-Nya dan hanya meminta kepada-Nya.
Ir. Sholah Athiyah |
Inilah sosok
Ir. Sholah Athiyah, milyarder Kairo Mesir, sang dermawan, aktor utama kisah menakjubkan ini. Keihlasannya membuat ia
sama sekali menolak terkenal di madia massa dan apalagi Medsos seperti saat ini. Hingga penulis pun agak kesulitan untuk mendapatkan referensi fotonya. Kini, meski orang yang
melibatkan Allah ke dalam bisnisnya ini telah wafat, terbayang seluruh amal
jariyahnya yang selalu mengalir untuknya. Masyaa Allah…!!!
Pertanyaannya,
akankah ini hanya menjadi sebatas kisah saja? Atau menjadi teladan bagi kita
untuk mengikuti jejaknya?
Sebagai insan JBS kita patut meneladaninya dalam beberapa aspek, antara lain bahwa dalam bekerja selalu menjadikan Allah sebagai tempat satu-satunya kita meminta dan berserah diri dan bahwa kita sangat membutuhkan ridha-Nya.
Kita Belum mmenemukan biografi lengkap tentang Ir. Shollah, sepertitanggal lahir, orang tuanya siapa, berapa orang bersaudara, pekerjaan orang tuanya apa,
BalasHapus