Kamis, 09 April 2020

OPINI : Covid lagi-lagi Covid


Oleh : Dahlan Iskan

Masih ada lagikah yang perlu Anda ketahui tentang Covid-19? 

Rasanya tidak ada lagi. Anda sudah menjadi ahli Covid-19 sekarang ini --lebih ahli dari dokter. Dokter hanya mau membaca yang masuk-masuk akal saja. Kita membaca apa pun yang ada di medsos --asal dikait-kaitkan dengan Covid-19.

Enough is enough.

Sudah waktunya berhenti mengikuti medsos --bahkan jangan lagi membaca DI’s Way. Tidak ada lagi yang perlu Anda ketahui lebih jauh tentang Covid-19. 

Saya bisa menduga --terhitung mulai hari ini-- siapa pun yang masih gila medsos berarti memang ingin gila beneran. Setidaknya ingin agar dirinya terkena penyakit depresi yang lebih dalam. Dan kalau depresi itu terjadi, Covid-19 lah yang horeee --termasuk cebonger dan kampreter.

Cukup.

Cukuplah.

Sudah waktunya move on. Banting stir.

Yang jualan sayur berhentilah ragu-ragu. Mulailah jualan sayur dengan cara baru. Yang lebih cocok dengan zaman virus. Ibu-ibu kan tidak mau lagi ke pasar. Waktunya Anda yang jadi pasar keliling.

Tukang-tukang cukur, belilah APD. Promosikan gaya cukur baru Anda dengan pakaian APD. Minggu depan ini rambut bapak-bapak sudah pada panjang serentak. 

Bikinlah kios cukur terbuka. Di bawah pohon. Dengan pakaian APD Anda, Anda memang kepanasan. Berpeluhan. Tapi bapak-bapak akan lebih senang cukur di bawah pohon. Dari pada di ruang salon yang ber-AC yang mencurigakan. Saya mau jadi yang orang yang pertama cukur di bawah pohon itu. Begitu rambut saya lebih panjang terasa lebih banyak putihnya.

Para pemilik hotel, berubahlah. Jadikan hotel Anda yang sepi sebagai tempat isolasi mandiri. Anda berikan jaminan kesterilannya. Anda latih karyawan hotel dengan prosedur baru --menjadi seperti perawat. Belilah APD untuk semua karyawan hotel.

Tawarkan ke orang-orang yang ingin isolasi mandiri. Terutama ketika para pembantu mereka pulang lebaran. Mereka akan merasa lebih aman di tempat isolasi. Kalau perlu Satpam hotel ikut patroli ke rumah orang yang pindah ke hotel. Dan mereka itu takut lagi ketika pembantu mereka kembali nanti. Para pembantu itu juga perlu diisolasi 14 hari. Sebelum kembali bekerja setelah lebaran nanti. 

Berundinglah sesama pengusaha hotel. Dengan moderator PHRI. Mana hotel yang ingin berubah sementara. Mungkin perlu juga berkoordinasi dengan pemda setempat. Siapa tahu ingin menunjuk beberapa hotel sebagai asrama sementara para juru rawat dan tenaga medis.

Para petani, mulailah menanam buah dan sayur. Tomat, cabai --cabai itu vitamin C-nya tinggi sekali, tapi jangan sampai ada yang bikin jus cabai --terong dan apa pun.

Yang hidup di kota, mulailah tanam sayur di pot-pot. Atau tanam sirih. Atau apa pun. Jangan tanam bunga. Pesta pengantin banyak yang ditunda. Salaman akad nikah pun sudah pakai perantara tali.

Pedagang asongan, kelilinglah membawa barang yang diperlukan saat ini: odol, sikat gigi, sabit, sanitasi, dan sebangsanya. Anda bisa menggantikan Indomaret dan Alfamart.

Pelayan-pelayan restoran bersatulah. Bikinlah usaha layanan kirim makanan, sayur, menu-menu makan lainnya. Buatlah paguyuban di setiap sektor hunian. Saatnya kini kalian jadi pengusaha: ada tim yang masak, ada tim yang posting di instagram, ada tim yang antar makanan.

Di Tiongkok selama Covid-19 terjadi perubahan besar-besaran. Konsumen berubah. Penuhilah keperluan perubahan itu.

Berhentilah bikin TikTok --kecuali memang kocak sekali. 

Tinggalkan HP di bawah ranjang selama 6 jam sehari --dengan pura-pura lupa.

Pokoknya move on.

Percayalah tidak ada lagi info tentang Covid yang baru. Atau yang lebih luas dari yang sudah Anda ketahui.

Menunggu angka baru berapa yang mati? 

Untuk apa? Apakah Anda menyamakan naiknya angka kematian dengan bertambahnya gol ke gawang Liverpool oleh Atletico Madrid?

Apakah Anda menganggap Covid-19 sama dengan Liga Champions yang skornya harus diikuti?

Mulailah tinggalkan depresi. Mulailah hidup gembira. Tung Desem Waringin saja terus bergembira di kamar perawatan Covid-19. 

Saya kutipkan prinsip hidup sehatnya. Termasuk di saat sakit hari-hati ini. ”Orang gembira tidak bisa khawatir. Orang khawatir tidak bisa gembira,” tulisnya di WA yang dikirim ke saya dari kamarnya di rumah sakit.

Sambil diopname itu Tung Desem --yang sering nyebar uang dari udara itu-- terus bernyanyi. Untuk dokter, untuk perawat, dan direkam juga di HP-nya untuk dikirim ke saya.

Dari pada lama menunggu lockdown --yang tidak datang itu --lebih baik move on.

Move on-lah dengan aman, cerdik, dan kreatif. Sedang untuk mengetahui berapakah skor yang mati ikuti saja sehari sekali.

Berhentilah depresi. Mulailah hidup baru yang lebih cerdas.

Rabu, 25 Maret 2020

OPINI : TUHAN mengajarkan melalui corona...!!!


Oleh : KH Mustofa Bisri

Vatikan sepi
Yerusalem sunyi
Tembok Ratapan dipagari
Paskah tak pasti
Ka'bah ditutup
Shalat Jumat dirumahkan
Umroh batal
Shalat Tarawih Ramadhan mungkin juga bakal sepi.

Corona datang
Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh!
Bahwa "hura-hura" atas nama Tuhan itu semu
Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

Ketika Corona datang,
Engkau dipaksa mencari Tuhan
Bukan di Basilika Santo Petrus
Bukan di Ka'bah.
Bukan di dalam gereja.
Bukan di masjid
Bukan di mimbar khotbah
Bukan di majels taklim
Bukan dalam misa Minggu
Bukan dalam sholat Jumat.

Melainkan,
Pada kesendirianmu
Pada mulutmu yang terkunci.
Pada hakikat yang senyap
Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu,
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual
Tuhan itu ada pada jalan keputus-asaanmu dengan dunia yang berpenyakit.

Corona memurnikan agama
Bahwa tak ada yang boleh tersisa.
Kecuali Tuhan itu sendiri!
Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.
Tidak ada lagi sorak sorai memperdagangkan nama Tuhan.

Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.
Temukan Dia di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya.

Sesungguhnya Kerajaan Tuhan ada dalam dirimu.
Qalbun mukmin baitullah.
Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan.

Biarlah hanya Tuhan yang ada.
Biarlah hanya nuranimu yang bicara.
Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian ini.

____
Surabaya. 22 Maret 2020 ikhtiar dan bermunajat

Jumat, 20 Maret 2020

OPINI : KEHILANGAN HAKIKI

Ketika kita mendengar kata: "kehilangan", maka pemikiran kita langsung tertuju pada seseorang yang sedang kehilangan benda, atau uang, atau mungkin kehilangan orang yang sangat dicintainya.
Benarkah bahwa hanya semua inilah kehilangan itu?.

Sadarkah kita bahwa kehilangan yang paling menyakitkan ialah ketika seseorang kehilangan dirinya sendiri.
Maaf.
Bukan kematian yang dimaksudkan.
Kehilangan hakiki yang paling menyakitkan ialah: Kehilangan hakekat diri.

Banyak orang yang telah kehilangan sifat sifatnya yang mulia, yang pernah mereka miliki.
Mereka yang kehilangan idealisme dalam perjuangan hidup ini. 
Mereka yang telah mengubah haluan hidupnya, dari Jalan Allah, ke jalan si Fulan.
Mereka yang kehilangan kejujuran mereka dalam bergaul dengan orang lain. 
Mereka yang tidak lagi setia kepada para guru yang dulu, teman yang dulu, karena telah mendapatkan guru baru dan teman baru.
Mereka yang tidak lagi menilai orang lain dari akhlak mulia dan keshalehan mereka, tapi menilai orang lain dari harta, kedudukan dan pengaruh mereka.
Merekalah orang orang kehilangan. Bahkan, sesungguhnya merekalah orang orang yang hilang.

Ketahuilah bahwa waktu yang terlewatkan tanpa manfaat, itulah waktu yang hilang sia sia.
Pertemuan yang tak ada dzikir padanya, itulah waktu yang hilang percuma.
Harta yang tidak digunakan dalam ketaatan kepada Allah, itulah harta yang hilang tak berguna.
Amal ibadah yang tidak dibarengi dengan ucapan dalam hati keinginan untuk mendapatkan kebaikan dari Allah, itulah amal ibadah yang hilang tak berpahala.

Tilawah Al-Qur'an yang sewajibnya rutin setiap hari lalu ditinggalkan atau dikurangi kadarnya, itulah kehilangan hakiki.
Menit menit yang berlalu tanpa Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, Istighfar, Shalawat, Hawqalah, itulah kehilangan yang sebenarnya.
Ibadah shalat yang tidak menguatkan jiwa karena tidak khusyu', itulah kehilangan yang sesungguhnya.
Do'a yang tidak terasa nikmatnya karena tidak khusyu', itulah kehilangan yang besar.
Interaksi dengan media sosial dengan semua jenisnya, tanpa mendapat ilmu, tanpa menyebarkan kebaikan; dan atau hanya dosa dan kelalaian, itulah kehilangan kesadaran.
Seringkali lupa mengucapkan dalam hati niat Ikhlas selalu, itulah kehilangan yang nyata.

Melupakan Surah Surah dari Al-Qur'an yang pernah dihafal, itulah kehilangan yang sangat besar.
Usia berjalan dan semakin pendek, dengan kehilangan kehilangan besar yang sangat banyak. Inilah kerugian yang sebenarnya.
ASTAGHFIRULLAHAL 'AZHIIM.

Kerugian apa yang kita sedihkan?.
Kehilangan apa yang kita risaukan?.
Kekurangan apa yang kita galaukan?.
Bukankah yang hilang itu -pada banyak orang- ialah diri mereka sendiri?.
Bukankah banyak orang telah kehilangan diri mereka sendiri?.

Kehilangan terbesar dan terdahsyat ialah kehilangan amal kebaikan di padang mahsyar nanti.

Karena itu, kita saling menasehati untuk tidak banyak bersedih atas kehilangan benda, materi, uang, kedudukan, peluang duniawi, yang tidak berkaitan dengan kehilangan Ukhrawi sedikitpun.
Marilah kita menangisi kehilangan usia kita yang tidak diisi dengan amal ibadah, tanaman dan tabungan kita untuk Akhirat kita nanti.

Semakin sering kita bersedih atas kehilangan yang bersifat duniawi, sesering itu pula kita tidak bersedih atas kehilangan yang bersifat Ukhrawi.

Semakin tinggi cinta kita kepada Akhirat, niscaya semakin rendah cinta kita kepada dunia.

Alangkah ruginya orang yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tingkatan yang lebih tinggi di Syurga.
Semoga Allah melindungi kita semua dari kehilangan nama kita dalam daftar penghuni Syurga Firdaus nanti. Aamiin.

Semoga kita tidak kehilangan semangat untuk menyebarkan renungan dan nasehat kebaikan, karena menunda kebaikan seringkali berarti tidak jadi.

KEEP MOVING FORWARD guys...

Senin, 24 Februari 2020

KUNJUNGAN KE RENCANA LOKASI II PT JAYA BERSAMA SAHABAT


Hi JBS  guys…

Senin, tanggal 23 Februari 2020 sekitar pukul 08:15 waktu Morombo dan sekitarnya, dipimpin oleh Bapak La Ode Sahrulan (Direktur Utama PT Jaya Bersama Sahabat), Tim bergerak menuju Rencana Lokasi II PT Jaya Bersama Sahabat di wilayah IUP WMB.

Jarak tempuh gak terlalu jauh karena melalui jalan pintas yang langsung tembus ke lokasi II tersebut. Tiba di lokasi disambut dengan cuaca yang amat bersahabat, nggak panas dan cenderung agak mendung.

Kunjungan dimulai pada sisi Timur dari lokasi IUP. Tampak disisi ini adanya bukaan tanah yang dilakukan oleh entah siapa yang kesannya terburu-buru. Mengapa? Karena jika dilakukan oleh penambang sejati, tidak akan seurakan dan kacau begitu. Banyak meninggalkan lubang disana-sini, dan ditinggalkan begitu saja tanpa perencanaan.

Perjalanan lalu dilanjutkan pada sisi lain, juga tampak hal dan kondisi yang sama. Lubang bekas galian disana sini dan kesannya ugal-ugalan. Sisi terbaiknya adalah PT JBS telah dibantu untuk mengurangi OB sehingga kelak SR tidak terlalu besar lagi.

Peninjauan dilanjutkan ke sisi Utara, yang merupakan sisi depan dari lokasi II yang dimaksud. Kali ini mata dimanjakan dengan pemandangan indah kearah pantai, rasa penat dan letih pun sirna seketika. Luluh Bersama semilir angin sepoi-sepoi dari arah pantai yang berbaur dengan udara segar dari arah pegunungan.


Setelah Tim berkeliling melihat beberapa titik, perjalanan pun berakhir dan kembali ke Mess Morombo. Mari kita doakan ya guys, semoga rencana-rencana pengembangan yang digagas oleh Manajemen dan BOD PT JBS dapat terlaksana dengan kendala yang seminimal mungkin.

Penulis yakin, dengan kebersamaan yang senantiasa terjalin sangat baik selama ini semua harapan dan asa bukanlah hal yang mustahil untuk dapat terlaksana.


Keep moving forward ya guys…

Selasa, 18 Februari 2020

OPINI : BELAJAR DARI FILM AMERICAN FACTORY

Oleh :
Denny Siregar
Baru saja saya menonton film dokumenter berjudul "American Factory".

Film ini berkisah tentang nasib para pegawai General Motors yang nganggur karena pabriknya tutup. Puluhan ribu jumlahnya. GM tutup karena merugi. 

Pabrik kemudian dibeli oleh perusahaan pembuat kaca mobil dari China, bernama Fuyao inc. Harapan baru muncul karena ada investasi asing masuk dengan nilai 500 juta dollar. Tenaga kerja di Amerika pun kembali terserap.

Tapi disinilah masalahnya. Ternyata kultur kerja orang Amerika dan China sangat berbeda..

China menganggap orang Amerika terlalu santai bekerja, tidak memenuhi standar, banyak libur, penuntut dan pengeluh. Dan satu yang membuat China kesal adalah serikat pekerja yang merecoki perusahaan.

CEO Fuyao lalu mengajak beberapa orang eksekutif dari Amerika ke China. Disana dia diperlihatkan bagaimana orang China bekerja.

Disana, satu pekerja China bisa menghandle pekerjaan yang dilakukan dua orang Amerika. Mereka bekerja seperti tentara sedang perang. 

Pekerja China sengaja didatangkan dari jauh, tidak dari sekitar pabrik. Itu supaya mereka tidak terganggu masalah keluarga sakit, ada yang nikah, atau orangtua pengen ketemu yang menyebabkan pekerja China harus ambil cuti.

Pekerja China hanya libur seminggu sekali dan pulang kampung setahun sekali. Selebihnya mereka kerja, menjaga perusahaan tidak rugi karena kalau perusahaan bangkrut, mereka dan keluarga mereka tidak makan.

Pekerja Amerika ternyata mirip dengan pekerja Indonesia. Cuti dan liburnya banyak, pengeluh, penuntut, kualitasnya rendah, dan lebih sibuk gabung dengan serikat pekerja yang mempolitisasi mereka.

Inilah yang membuat China agak malas investasi di Indonesia. Belum UMR yang tinggi, yang tidak sesuai dengan tingginya kinerja. Mau tidak mau China harus jadi rujukan investasi, karena mereka sekarang sedang punya uang. Mau masukin pekerja dari China, entar dituduh Chinaisasi.

Karena itulah, untuk menarik investasi asing - khususnya China - disini, pemerintah sedang menyiapkan RUU Omnibus Law khusus lapangan kerja. Dalam RUU itu, pemerintah akan menghapuskan "cuti khusus" yang biasanya mengganggu investor.

Cuti khusus ini biasanya dinikmati pekerja Indonesia, mulai dari izin tak masuk haid hari pertama, menikah, menikahkan anak membaptis anak, istri keguguran, sampe cuti kalo ada keluarga yang meninggal dunia.

Belum kalau ada kegiatan keagamaan..

Kebanyakan cuti khusus, pekerjaan jadi lamban. Dan yang namanya investor tidak mau rugi. Daripada investasi di Indonesia yang sibuk dengan serikat pekerja yang selalu menuntut ini itu, mendingan mereka buka di Vietnam atau Thailand.

Bagaimana seandainya serikat pekerja menolak RUU Omnibus Law khusus pekerja itu ?

Film American Factory yang baru saja menang Oscar dan dikerjakan oleh Barrack Obama itu, punya jawaban. China akhirnya mau investasi asal mereka boleh mengganti pekerja dengan robot, yang menurut mereka lebih punya standarisasi lebih jelas dan tidak ribut.

Yang rugi akhirnya para pekerja yang sering nuntut itu. Mereka kembali menganggur dan bertahan hidup dari musim dingin yang ganas. Ya gimana bisa kerja, ga ada perusahaan yang mau rugi karena sibuk memikirkan keinginan pegawainya.

Film American Factory meski lokasinya terjadi di Amerika, bisa jadi adalah wajah Indonesia ke depan kalau kita tidak segera memperbaiki apa yang sudah terjadi..


Keep spirit and Still Moving Forward guys...

Senin, 17 Februari 2020

KISAH : SAHABAT adalah (seperti) SAUDARA sendiri

Mus’ab bin Umair berjalan di muka masjid mengenakan pakaian yang sarat tambalan. Di masjid, Rasulullah dan para sahabat melihat. Badan Mus’ab terlihat lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Air mata Rasul menggenang di pelupuk matanya, membayangkan penderitaan yang dialami sahabatnya itu.

Rasul tahu persis kehidupan Mus’ab pada masa lalu. Ketika belum memeluk Islam, Mus’ab tinggal bersama orang tuanya dengan gelimang harta dan diselimuti kehidupan yang menyenangkan. Makanan dan minuman enak selalu tersaji dan hiasan mewah dengan harga selangit melekat pada tubuhnya.

Namun demi kebenaran Islam, Mus’ab rela menanggalkan itu semua. Menggapai cinta Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah merasakan kepapaan yang dirasakan sahabatnya. Beliau berempati. Menurut Sopian Muhammad dalam Manajemen Cinta Sang Nabi, bagi Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya seperti saudaranya sendiri.

Muhammad selalu dekat dengan mereka dan sangat peka sehingga memahami serta merasakan kondisi yang dialami para sahabatnya itu. Kesedihan segera menghambur ke dalam lubuk hatinya pada saat menyaksikan atau mendengar sahabatnya tertimpa musibah. Air matanya mudah sekali mengalir.

Pada sebuah kesempatan, Sa’ad bin Ubadah bertanya kepada Rasul yang menangis karena sejumlah sahabatnya meninggal dunia di medan jihad. Wahai Rasulullah, engkau menangis? Beliau menjawab, Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah SWT letakkan di hati hamba-hamba-Nya.

Hamba-hamba yang dikasihi Allah, jelas dia, hanyalah mereka yang mempunyai rasa kasih sayang. Demikian kisah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari. Menilik hal ini, cendekiawan Muslim Ibnul Qayyim mengatakan, jiwa yang mulia tak rela terhadap kezaliman, kekejian, dan khianat.

Empati yang diungkapkan Rasul dalam interaksi dengan para sahabatnya mengesankan mereka. Sahabat-sahabat bahkan mengambil pelajaran dan mempraktikkan sifat mulia itu dalam kehidupannya. Mereka ikut merasakan kepedihan dan sukacita yang dirasakan orang lain. Lebih dari itu, siap berkorban.

Abu Sufyan memberi tawaran untuk Zaid bin Datsinah sebelum nyawanya melayang. Zaid, sukakah kau kalau Muhammad menggantikan posisimu, sedangkan kau berada di tengah keluargamu? Dengan tegas, ia menukas, Demi Allah, aku tidak akan rela kalau Muhammad tertusuk duri di tempatnya sekarang, sedang aku berada di tengah keluargaku.

Mendengar jawaban itu, Abu Sufyan mengatakan, dia tidak mengetahui ada cinta yang mungkin melebihi kecintaan sahabat Muhammad terhadap dirinya. Dalam peristiwa lain, Bilal tak gentar menghadapi ajal. Ia mengungkapkan kegembiraan di tengah kesedihan istrinya menghadapi keadaan Bilal yang menghitung waktu menunggu kematian.

Sang istri mengatakan, alangkah sedih dirinya. Namun, Bilal berucap, Tidak, aku amat senang. Aku akan bertemu dengan Nabi Muhammad dan para sahabat. Mahmud al-Mishri dalam bukunya, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, ikut merasakan duka atau perasaan orang lain memiliki kedudukan agung.

Sikap ini berpengaruh dalam membina dan memantapkan hubungan antarsesama manusia, menumbuhkan tenggang rasa, dan menebarkan tali persaudaraan atas dasar cinta dan kasih sayang. Menurut al-Mishri, jangan sampai seorang Muslim membiarkan saudaranya berduka karena menghadapi sesuatu yang menyakitkan.

Sementara itu, Muslim tersebut bergembira tak menghiraukan penderitaan yang dirasakan saudaranya. Seorang Muslim akan merasa bahagia jika saudaranya bahagia, dan bersedih apabila saudaranya dirundung duka, katanya. Ini terjadi karena sesama Muslim itu adalah bersaudara.

Al-Mishri menyampaikan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yaitu perumpamaan orang Mukmin dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit, sekujur badan akan turut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam.

Minggu, 16 Februari 2020

OPINI : ANTARA BENAR, MERASA PALING BENAR DAN MERASA PAHAM

TO THE POINT

Menjadi Benar itu penting, namun Merasa Paling Benar itu tidak baik. Kearifan akan membuat seorang menjadi Benar, bukan Merasa Benar.

Perbedaan Orang Benar dan Orang Yg Merasa Benar : 
Orang Benar, tidak akan berpikiran bahwa ia adlh yg paling benar. Sebaliknya orang yg merasa benar, di dalam pikirannya hanya dirinyalah yg paling benar.

Orang Benar, bisa menyadari kesalahannya. Sedangkan Orang Yang Merasa Benar, merasa tidak perlu untuk Mengaku Salah.

Orang Benar, setiap saat akan introspeksi diri dan bersikap Rendah Hati. Tetapi Orang Yg Merasa Benar, merasa tidak perlu introspeksi. Karena merasa sudah benar, mereka cenderung Tinggi Hati.

Orang Benar memiliki Kelembutan Hati. Ia dapat menerima masukan dan kritikan dari siapa saja, sekalipun itu dari anak kecil. Orang Yg Merasa Benar, Hatinya Keras. Ia sulit untuk menerima nasihat dan masukan apalagi kritikan.

Orang Benar akan selalu Menjaga Perkataan dan Perilakunya, serta berucap Penuh Kehati-hatian. Orang Yg Merasa Benar : berpikir, berkata, dan berbuat sekehendak hatinya, tanpa pertimbangan/pedulikan perasaan orang lain.

Pada akhirnya, orang Benar akan dihormati, dicintai dan disegani oleh hampir semua orang. Sedangkan orang yg Merasa Benar Sendiri hanya akan disanjung oleh mereka yg berpikiran sempit, dan yg sepemikiran dgnnya, atau mereka yg hanya sekedar ingin memanfaatkan dirinya.

Mari terus memperbaiki diri untuk bisa Menjadi Benar, agar tidak selalu Merasa Benar.

Untuk mengerti BAHWA diri kita BENAR maka modal dasarnya adalah PAHAM ILMUNYA.

Untuk paham ilmu..maka harus teliti, cermat dan mengasah otak dengan keseriusan tinggi bukan hanya TERIMA SUDAH MASAK.

Ada berapa tingkatan bagaimana yang disebut PAHAM.

Perhatikan baik baik hal berikut :

" Tingkat terbawah dalam ilmu adalah paham. Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.

Tingkat ke dua terbawah adalah kurang paham. Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham. Ia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul pemahaman yang benar.

Naik setingkat lagi adalah mereka yang salah paham. Salah paham itu biasanya karena emosi di-kedepankan, sehingga ia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamnya. Jika tidak, ia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu.

Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu ialah gagal paham. Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan. Karena merasa berilmu, ia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri. Parahnya, ia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu menjadi bahan ketawaan orang yang paham. Ia tetap dengan dirinya bangga dengan ke-gagal pahamannya..."

"Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi ? Apa gak terbalik ?"

Orang semakin paham akan semakin membumi. Ia menjadi bijaksana karena akhirnya ia tahu bahwa sebenarnya ia tidak tahu apa-apa. Ia terus menerima darimana-pun ilmu datangnya. Ia tidak melihat siapa, tetapi apa yang disampaikan. Ia paham, ilmu itu seperti air dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Semakin ia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya.

Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi. Ia seperti balon gas yang berada di awan. Ia terbang dengan kesombongannya. Masalahnya, ia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin tanpa mampu menolak. Akhirnya ia terbawa kemana pun angin bertiup, sampai terlupa jalan pulang. Ia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan di-binasakan oleh kesombongannya.

"Jadi yang perlu diingat, akal akan berfungsi dengan benar ketika hatimu rendah. Ketika hatimu meninggi, maka ilmu juga-lah yang membutakan si pemilik akal.."

"Lidah orang bijaksana berada di dalam hatinya, dan hati orang dungu berada di belakang lidahnya.."

"Ilmu itu open ending. Makin digali makin terasa dangkal. Jadi klu ada orang merasa sudah tau segalanya berarti tidak tau apa-apa. Dan seperti awal bahasan diatas bahwa jangan merasa yakin diri benar sedang ilmunya belum paham karena banyak hal yang belum di gali.

"Diatas langit masih ada langit"

jangan pernah tersirat secuil kesombongan dan riya dalam hati sedang masih banyak orang kita lihat seperti biasa namun ilmunya jauh lebih tinggi dan punya pengalaman luas yang tidak penah kita alami.
Jadi tetaplah mencermati apa yang disampaikan orang lain karena belum tentu kita mengerti dan kita pelajari dengan teliti.

" INTROSPEKSI DIRI LEBIH SERING AKAN LEBIH BAIK "