Rabu, 25 Maret 2020

OPINI : TUHAN mengajarkan melalui corona...!!!


Oleh : KH Mustofa Bisri

Vatikan sepi
Yerusalem sunyi
Tembok Ratapan dipagari
Paskah tak pasti
Ka'bah ditutup
Shalat Jumat dirumahkan
Umroh batal
Shalat Tarawih Ramadhan mungkin juga bakal sepi.

Corona datang
Seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh!
Bahwa "hura-hura" atas nama Tuhan itu semu
Bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng dan komoditi dagangan saja.

Ketika Corona datang,
Engkau dipaksa mencari Tuhan
Bukan di Basilika Santo Petrus
Bukan di Ka'bah.
Bukan di dalam gereja.
Bukan di masjid
Bukan di mimbar khotbah
Bukan di majels taklim
Bukan dalam misa Minggu
Bukan dalam sholat Jumat.

Melainkan,
Pada kesendirianmu
Pada mulutmu yang terkunci.
Pada hakikat yang senyap
Pada keheningan yang bermakna.

Corona mengajarimu,
Tuhan itu bukan (melulu) pada keramaian
Tuhan itu bukan (melulu) pada ritual
Tuhan itu ada pada jalan keputus-asaanmu dengan dunia yang berpenyakit.

Corona memurnikan agama
Bahwa tak ada yang boleh tersisa.
Kecuali Tuhan itu sendiri!
Tidak ada lagi indoktrinasi yang menjajah nalar.
Tidak ada lagi sorak sorai memperdagangkan nama Tuhan.

Datangi, temui dan kenali DIA di dalam relung jiwa dan hati nuranimu sendiri.
Temukan Dia di saat yang teduh dimana engkau hanya sendiri bersamaNya.

Sesungguhnya Kerajaan Tuhan ada dalam dirimu.
Qalbun mukmin baitullah.
Hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan.

Biarlah hanya Tuhan yang ada.
Biarlah hanya nuranimu yang bicara.
Biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
Semoga kita bisa belajar dan mengambil hikmah dari kejadian ini.

____
Surabaya. 22 Maret 2020 ikhtiar dan bermunajat

Jumat, 20 Maret 2020

OPINI : KEHILANGAN HAKIKI

Ketika kita mendengar kata: "kehilangan", maka pemikiran kita langsung tertuju pada seseorang yang sedang kehilangan benda, atau uang, atau mungkin kehilangan orang yang sangat dicintainya.
Benarkah bahwa hanya semua inilah kehilangan itu?.

Sadarkah kita bahwa kehilangan yang paling menyakitkan ialah ketika seseorang kehilangan dirinya sendiri.
Maaf.
Bukan kematian yang dimaksudkan.
Kehilangan hakiki yang paling menyakitkan ialah: Kehilangan hakekat diri.

Banyak orang yang telah kehilangan sifat sifatnya yang mulia, yang pernah mereka miliki.
Mereka yang kehilangan idealisme dalam perjuangan hidup ini. 
Mereka yang telah mengubah haluan hidupnya, dari Jalan Allah, ke jalan si Fulan.
Mereka yang kehilangan kejujuran mereka dalam bergaul dengan orang lain. 
Mereka yang tidak lagi setia kepada para guru yang dulu, teman yang dulu, karena telah mendapatkan guru baru dan teman baru.
Mereka yang tidak lagi menilai orang lain dari akhlak mulia dan keshalehan mereka, tapi menilai orang lain dari harta, kedudukan dan pengaruh mereka.
Merekalah orang orang kehilangan. Bahkan, sesungguhnya merekalah orang orang yang hilang.

Ketahuilah bahwa waktu yang terlewatkan tanpa manfaat, itulah waktu yang hilang sia sia.
Pertemuan yang tak ada dzikir padanya, itulah waktu yang hilang percuma.
Harta yang tidak digunakan dalam ketaatan kepada Allah, itulah harta yang hilang tak berguna.
Amal ibadah yang tidak dibarengi dengan ucapan dalam hati keinginan untuk mendapatkan kebaikan dari Allah, itulah amal ibadah yang hilang tak berpahala.

Tilawah Al-Qur'an yang sewajibnya rutin setiap hari lalu ditinggalkan atau dikurangi kadarnya, itulah kehilangan hakiki.
Menit menit yang berlalu tanpa Tasbih, Tahmid, Tahlil, Takbir, Istighfar, Shalawat, Hawqalah, itulah kehilangan yang sebenarnya.
Ibadah shalat yang tidak menguatkan jiwa karena tidak khusyu', itulah kehilangan yang sesungguhnya.
Do'a yang tidak terasa nikmatnya karena tidak khusyu', itulah kehilangan yang besar.
Interaksi dengan media sosial dengan semua jenisnya, tanpa mendapat ilmu, tanpa menyebarkan kebaikan; dan atau hanya dosa dan kelalaian, itulah kehilangan kesadaran.
Seringkali lupa mengucapkan dalam hati niat Ikhlas selalu, itulah kehilangan yang nyata.

Melupakan Surah Surah dari Al-Qur'an yang pernah dihafal, itulah kehilangan yang sangat besar.
Usia berjalan dan semakin pendek, dengan kehilangan kehilangan besar yang sangat banyak. Inilah kerugian yang sebenarnya.
ASTAGHFIRULLAHAL 'AZHIIM.

Kerugian apa yang kita sedihkan?.
Kehilangan apa yang kita risaukan?.
Kekurangan apa yang kita galaukan?.
Bukankah yang hilang itu -pada banyak orang- ialah diri mereka sendiri?.
Bukankah banyak orang telah kehilangan diri mereka sendiri?.

Kehilangan terbesar dan terdahsyat ialah kehilangan amal kebaikan di padang mahsyar nanti.

Karena itu, kita saling menasehati untuk tidak banyak bersedih atas kehilangan benda, materi, uang, kedudukan, peluang duniawi, yang tidak berkaitan dengan kehilangan Ukhrawi sedikitpun.
Marilah kita menangisi kehilangan usia kita yang tidak diisi dengan amal ibadah, tanaman dan tabungan kita untuk Akhirat kita nanti.

Semakin sering kita bersedih atas kehilangan yang bersifat duniawi, sesering itu pula kita tidak bersedih atas kehilangan yang bersifat Ukhrawi.

Semakin tinggi cinta kita kepada Akhirat, niscaya semakin rendah cinta kita kepada dunia.

Alangkah ruginya orang yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tingkatan yang lebih tinggi di Syurga.
Semoga Allah melindungi kita semua dari kehilangan nama kita dalam daftar penghuni Syurga Firdaus nanti. Aamiin.

Semoga kita tidak kehilangan semangat untuk menyebarkan renungan dan nasehat kebaikan, karena menunda kebaikan seringkali berarti tidak jadi.

KEEP MOVING FORWARD guys...